Jumat, 30 Maret 2012


المضارع والماض فى سورة  النبنا
(تحليل صرفى عن صيغة المضارع والماض فى سورة النبا)

بحث
Description: D:\Zain\Tugas Kuliah\logo uin sgd bdg.jpgمقدم لاداء بعض الواجبات لمادة علم الصرف الأول








قدمه
سورتمان
1211203074
كلية التربية المعلمينا
بجامعة سونان عونونج جاتى الاسلامية الحكومية باندونج
٢٠١١
BAB I
PENDAHULUAN
Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kaya akan kata-kata, misalkan pada dhomir (kata ganti). Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki 7 kata ganti (dia, kamu, kalian, mereka, kami, kita, dan saya)), di dalam bahasa Arab kata gantinya ada 12. Antara kata ganti untuk dua orang dengan lebih dari dua orang dibedakan di dalam bahasa Arab, tidak terdapat pada bahasa Indonesia bahkan pada bahasa Inggris (read : Bahasa Internasional).
Di antara keistimewaan bahasa arab juga adalah singkat dan padat, misalnya, jika kita ingin mengungkapkan "dia sedang menulis", maka cukup dengan menggunakan kalimat yaktubu dan ini sekaligus menunjukkan bahwa yang sedang menulis itu adalah seorang laki-laki, adapun jika yang menulisnya itu seorang perempuan, maka kita gunakan kalimat taktubu saja. Singkat dan padat. Dan banyak lagi keunggulan bahasa arab di atas bahasa lain.Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab mempunyai kaidah-kaidah tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik berupa komunikasi atau informasi. Lalu, bagaimana sebenarnya awal mula terbentuknya kaidah-kaidah ini, dan kenapa dikatakan dengan istilah nahwu?. Simak artikel berikut.

     
       Pada jaman Jahiliyyah, kebiasaan orang-orang Arab ketika mereka berucap atau berkomunikasi dengan orang lain, mereka melakukannya dengan tabiat masing-masing, dan lafazh-lafazh yang muncul, terbentuk dengan peraturan yang telah ditetapkan mereka, di mana para junior belajar kepada senior, para anak belajar bahasa dari orang tuanya dan seterusnya. Namun ketika Islam datang dan menyebar ke negeri Persia dan Romawi, terjadinya pernikahan orang Arab dengan orang non Arab, serta terjadi perdagangan dan pendidikan, menjadikan Bahasa Arab bercampur baur dengan bahasa non Arab. Orang yang fasih bahasanya menjadi jelek dan banyak terjadi salah ucap, sehingga keindahan Bahasa Arab menjadi hilang. Dari kondisi inilah mendorong adanya pembuatan kaidah-kaidah yang disimpulkan dari ucapan orang Arab yang fasih yang bisa dijadikan rujukan dalam mengharakati bahasa Arab, sehingga muncullah ilmu pertama yang dibuat untuk menyelamatkan Bahasa Arab dari kerusakan, yang disebut dengan ilmu Nahwu.
Adapun orang yang pertama kali menyusun kaidah Bahasa Arab adalah Abul Aswad Ad-Duali dari Bani Kinaanah atas dasar perintah Khalifah Sayidina Ali Bin Abi Thalib, KW.
Terdapat suatu kisah yang dinukil dari Abul Aswad Ad-Duali, bahwasanya ketika ia sedang berjalan-jalan dengan anak perempuannya pada malam hari, sang anak mendongakkan wajahnya ke langit dan memikirkan tentang indahnya serta bagusnya bintang-bintang. Kemudian ia berkata, مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ . “Apakah yang paling indah di langit?”. Dengan mengkasrah hamzah, yang menunjukkan kalimat tanya.
Kemudian sang ayah mengatakan, نُجُوْمُهَا يَا بُنَيَّةُ . “Wahai anakku, Bintang-bintangnya”.
Namun sang anak menyanggah dengan mengatakan,
اِنَّمَا اَرَدْتُ التَّعَجُّبَ . “Sesungguhnya aku ingin mengungkapkan kekaguman”.Maka sang ayah mengatakan, kalau begitu ucapkanlah, مَا اَحْسَنَ السَّمَاءَ . “Betapa indahnya langit”. Bukan, مَا اَحْسَنُ السَّمَاءِ . “Apakah yang paling indah di langit?”. Dengan memfathahkan hamzah…
Dikisahkan pula dari Abul Aswad Ad-Duali, ketika ia melewati seseorang yang sedang membaca al-Qur’an, ia mendengar sang qari membaca surat At-Taubah ayat 3 dengan ucapan, أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهُ Dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya “…Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya..”
            Hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rusak dan menyesatkan.
Seharusnya kalimat tersebut adalah,
أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُوْلُهُ
 “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.”

Karena mendengar perkataan ini, Abul Aswad Ad-Duali menjadi ketakutan, ia takut keindahan Bahasa Arab menjadi rusak dan gagahnya Bahasa Arab ini menjadi hilang, padahal hal tersebut terjadi di awal mula daulah Islam.
Kemudian hal ini disadari oleh khalifah Ali Bin Abi Thalib, sehingga ia memperbaiki keadaan ini dengan membuat pembagian kata, bab inna dan saudaranya, bentuk idhofah (penyandaran), kalimat ta’ajjub (kekaguman), kata tanya dan selainnya, kemudian Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Abul Aswad Adduali, اُنْحُ هَذَا النَّحْوَ “Ikutilah jalan ini”.
Dari kalimat inilah, ilmu kaidah Bahasa Arab disebut dengan ilmu nahwu. (Arti nahwu secara bahasa adalah arah). Kemudian Abul Aswad Ad-Duali melaksanakan tugasnya dan menambahi kaidah tersebut dengan bab-bab lainnya sampai terkumpul bab-bab yang mencukupi. Kemudian, dari Abul Aswad Ad-Duali inilah muncul ulama-ulama Bahasa Arab lainnya, seperti Abu Amru bin ‘alaai, kemudian al Kholil al Farahidi al Bashri (peletak ilmu arudh dan penulis mu’jam pertama), sampai ke Sibawaih dan Kisai (pakar ilmu nahwu, dan menjadi rujukan dalam kaidah Bahasa Arab).Seiring dengan berjalannya waktu, kaidah Bahasa Arab berpecah belah menjadi dua mazhab, yakni mazhab Basrah dan Kuufi (padahal kedua-duanya bukan termasuk daerah Jazirah Arab). Kedua mazhab ini tidak henti-hentinya tersebar sampai akhirnya mereka membaguskan pembukuan ilmu nahwu sampai kepada kita sekarang.
Dalam bahasa arab mengenal beberapa cabang ilmu-ilmu bahasa arab yang terdiri dari 12 cabang ilmu, ilmu-ilmu tersebut adalah :
1.      Nahwu yaitu ilmu yang membahas tentang perubahan akhir kalimat.
2.      Sharaf yaitu ilmu yang membahas tentang perubahan bentuk kata.
3.      Arudh yaitu ilmu yang membahas tentang aturan bait syair.
4.      Lughoh yaitu ilmu yang membahas tentang tata bahasa arab.
5.      Qord yaitu ilmu yang membahas tentang syair bahsa arab.
6.      Insya yaitu ilmu yang membahas tentang mengarang.
7.      Khot yaitu ilmu yang membahas tentang seni tulis menulis.
8.      Bayan yaitu ilmu yang membahas tentang kata yang zhahir dan yang tersembunyi juga membahas tentang kiasan dan permisalan kata.
9.      Ma’ani yaitu ilmu yang membahas tentang susunan kalimat.
10.  Istisyqoq yaitu ilmu yang membahas tentang asal usul kata.
11.  Badi’ yaitu ilmu yang membahas tentang keindahan bahasa arab.
12.  Qhofiyah  yaitu ilmu yang membahas tentang kata yang terakhir dalam bait syair.
Ilmu-ilmu diatas membahas tentang lafal bahasa arab dari segi harokat, tafsir, dan bentuk kalimat. Abdul Hamid bin Yahya berkata, “pelajarilah bahasa arab kaarena bahsa arab menambah kepandaian”. Ketika bangsa arab memeluk agama islamdan agama islam menyebar sampai Faris dan Rum, bangsa arab berkumpul dengan mereka (ajam) dalam muamalah dan pelajaran. Bahasa bangsa ajam tersebut mempengaruhi bangsa arab, bangsa ajam mengucapkan majrur dengan marfu’ dan marfu’ dibaca dengan mansub sehingga uslub (metode/gaya bahsa) arab banyak terpengaruh.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      FI’IL  MADHI ( KATA KERJA LAMPAU )
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara. Seperti قَرَأَ “Telah membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti قَرَأْتُ “Aku telah membaca” dan قَرَاَتْ “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
·         Mengenal Fa’il Yang Berbentuk Dhomir Fi’il Madhi
Tashrif Fi'il Madhi
كَتَبَ: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya هُوَ
كَتَبَا: Fa’ilnya adalah alif
كَتَبُوا: Fa’ilnya adalah wawu
كتَبَتْ: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya هِيَ
كَتَبَتَا: Fa’ilnya adalah alif
كَتَبْنَ: Fa’ilnya adalah nun
كَتَبْتَ: Fa’ilnya adalah ta’
كَتَبْتُمَا: Fa’ilnya adalah ta’
كَتَبْتُمْ: Fa’ilnya adalah ta’
كَتَبْتِ: Fa’ilnya adalah ta’
كَتَبْتُمَا: Fa’ilnya adalah ta’
كَتَبْتُنَّ: Fa’ilnya adalah ta’
كَتَبْتُ: Fa’ilnya adalah ta’
كَتَبْنَا: Fa’ilnya adalah نَا
Contoh:
مُحَمَّدٌ كَتَبَ الدَّرسَ
Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya هُوَ
الْمُسْلِمُوْنَ فَهِمُوْا الدَّرْسَ
Fa’il dari kalimat ini adalah wawu
جَلَسْتُ عَلَى الْكُرْسِيِّ

·         Pembagian fi’il madhi
a.       Fi’il madhi mabni ma’lum
Fi’il madhi mabni ma’lum ialah
هو ماكان أوله مفتوحا او كان أو كان أول متحرك منه مفتوحا
Fi’il yang hurup awalnya fathah di fathahkan atau huruf awal yang berharkat


Fi’il yang hurup awalnya fathah difathahakan atau hurup awal yang berharokatnya difathahkan
Seperti  pada kata   نَجَحَ(lulus), huruf awalnya yaitu huruf nun berharokat fathah, juga pada kataاِجْتَمَعَ  ( berkiumpul),huruf yang berharakat  awal fathahnya adalah huruf ta.

b.      Fi’il madhi mabni majhul
Fi’il madhi mabni majhul ialah
هو ما كان أوله مضموما وما قبل أخره مكسورا

Fi’il yang huruf awalnya di dhammahkan dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan.

Dengan kat lain, aturan peruabhan dari fi’il madhi mabni ma’lum menjadi fi’il madhi mabni majhul adalah
ضم أوله وكسر ما قبل أخره
Huruf awalnya di dhamahkan dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan

Seperti dari kataسَأَلَ  (bertanya ) ,menjadiسُإِلَ  (di Tanya), dan dari kataاِسْتَخْرَخَ  (mengeluarkan), menjadiاُسْتُخْرِخَ  (dikeluarkan)
·         Tashrif lughowi untuk fi’il madhiTashrif Lughowi Fi'il Mudhori Kataba

·         Pembacaan Tabel
كَتَبَ : Dia (seorang laki-laki) telah menulis
كَتَبَا : Mereka (dua orang laki-laki) telah menulis
كَتَبُوْا : Mereka (para lelaki) telah menulis
كتَبَتْ : Dia (seorang perempuan) telah menulis
كَتَبَتَا : Mereka (dua orang perempuan) telah menulis
dst..
·         Contoh tashrif lughowi untuk fi’il نَصَرَTashrif Lughowi Fi'il Mudhori Nashoro

2.      FI’IL MUDHARI ( KATA KERJA BENTUK SEDANG ATAU AKAN )
·         Pengertian fi’il mudhari’
Fi’il mudhari’ ialah:
هو ما دل على حدث فى زمن الحا ل والمستقبا ل                                                                
Fi’il yang menunjukkan pekerjaan pada waktu sekarang dan akan datang
            Dengan kata lain, fi’il mudhari’ adalah kata kerja yang menunjukan pekerjaan yang sedang berlangsung atau akan datang.
Contoh:
يدرس الطّلّاب اللغة العربيّة
Para mahasiswa belajar bahasa arab
الاْن تغادر الطّائرة المطار                                                          
Sekarang pesawat akan terbang meninggalkan bandara
محمّد سيذهب الى جا كرتا
Besok  Muhammad akan pergi ke Jakarta.
Kata kerja menunjukkan bentuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung, di masa pembicara atau setelahnya. Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku…
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya س, سوف, لن, أن, ان. Seperti:
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh: لَمْ يَقْرَأْ artinya: tidak membaca. Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh أضرب
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh نضرب
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh يضرب, يضربان, يضوبون, يضربن
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh تضرب, تضربا, تضربون , تضربين, تضربن
·         Pembagian fi’il mudhari
a.       Fi’il mudhari mabni ma’lum

Fi’il mudhari mabni ma’lum ialah

هو ما كان حرف المضا رعة منه مفتوحا

Fi’il yang huruf mudlara’ahnya di fathahkan

      Seperti pada kata نجح ينجح  (lulus), huruf mudhlara’ahnya adalah huruf ‘ya
berharakat fathah. Kecuali untuk fi’il mudhari yang huruf asalnya empat, maka huruf mudlara’ahnya selalu di baca dhammah. Sepertiأكرم يكرم  (memuliakan) atau   (menggelindingkan).
b.      Fi’il mudhari mabni majhul

Fi’il mudhari mabni majhul ialah

هو كان حرف المضارعة منه مضموما وما قبل اخره مفتوحا


Fi’il yang huruf mudlara’ahnya di dhammahkan dan huruf sebelum akhirnya difathahkan.
Dengan kata lain, aturan perubahan fi’il mudhari mabni fa’il menjadi fi’il mudhari’ mabni majhul adalah
ضملااوله وفتح ما قبل اخره  
Huruf awalnya di dhammahkan dan huruf sebelum akhirnya difathahkan.
 Sepertu dari kata  يسأل(bertanya) menjadi يسأل  (ditanya) dan dari kata يستخرج (mengeluarkan) menjadi  يستخرج(dikeluarkan).



(BERITA BESAR)
Surat ke 78 : 40 ayat
JUZ 30
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
HARI BERBANGKIT.
Kekuasaan Allah menciptakan alam dan ni’mat-ni’mat yang diberikan-Nya adalah bukti bagi kekuasaan-Nya membangkitkan manusia.
1. Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?                                                                 عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ
2. Tentang berita yang besar,                                                                                               عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ
3. yang mereka perselisihkan tentang ini.                                                                   الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ
4. Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui,                                                           كَلاَّ سَيَعْلَمُونَ
5. kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui.                                          ثُمَّ كَلاَّ سَيَعْلَمُونَ
6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,                           أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا
7. dan gunung-gunung sebagai pasak?,                                                                                 وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
8. dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan,                                                                وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا
9. dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,                                                                 وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
10. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,                                                                 وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا
11. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,                                             وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
12. dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,                       وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا
13. dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari),                                           وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا
14. dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,                        وَأَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَآءً ثَجَّاجًا
15. supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,           لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا
16. dan kebun-kebun yang lebat? Kehebatan hari berbangkit.                                              وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا
17. Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapka,                إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا
يَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا
18. yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,      
19. dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,                               وَفُتِحَتِ السَّمَآءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا   
20. dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.
                                   










1)      Analisi fiil madhi
v  خلقنا fiil madhi asal katanya yaitu خلق   dari tsulasi mujarod bab satu, wuku mutakalim maal ghair dlomirnya نحن fiil mabni ma'lum dan fiil shahih.
v  جعلنا asal katanya adalah جعل dari tsulasi mujarod bab tiga, dari tsulasi mujarod bab satu, wuku mutakalim maal ghair dlomirnya نحن fiil mabni ma'lum dan fiil shahih.
v  بنينا asal katanya adalah بنى dari tsulasi mujarod bab dua, wuku mutakalim maal ghair dlomirnya نحن fiil mabni ma'lum dan fiil mu’tal.
v  انزلنا asal katanya dari tsulasi mazid warna awal bab satu, wuku mutakalim maal ghair dlomirnya نحن fiil mabni ma'lum dan fiil shahih.
v  كان asal katanya yaitu كون dari tsulasi mujarod bab satu, wukunya mufrod mudzakar ghaib, dlomirnya yaitu هو fiilnya mabni ma'lum, fiil mu’tal ain.
v  فتحت asal katanya adalah فتح dari tsulasi mujarod bab tiga, wukunya mufrodah mu’anasah ghaibah dlomirnya yaitu هى fiil madhi majhul dan fiil shahih.
v  كانت asal katanya yaitu كون dari tsulasi mujarod bab satu, wukunya mufrodah mu’anasah ghaibah dlomirnya yaitu هى  fiilnya mabni ma'lum, fiil mu’tal ain. Dari wazan يفعل-فعل
v  سيرت asal katanya adalahسير dari tsulasi mazid warna awal bab dua wukunya mufrodah mu’anasah ghaibah dlomirnya yaitu هى  fiilnya mabni majhul, fiil mu’tal.

1)      Analisis fiil mudhari
Ø  يتساءلون shigatnya fiil mudhari asal katanya dari  سأل dari tsulasi mazid warna tsani bab lima, dlomirnya jama’ mudzakar ghaib dlomirnya هم  fill mudhari ma’lum, fiil mu’talain.
Ø  سيعلمون shigatnya fiil mudhari, asal katanya adalah علم dari tsulasi mujarod bab empat, dlomirnya jama’ mudzakar ghaib dlomirnya هم  fill mudhari ma’lum, fiil shahih kemasukan sin tanfis.
Ø  الم نجعل shigatnya fiil mudhari asal katanya dari جعل dari tsulasi mujarod bab tiga, wukunya mutakalim ma’al ghair, dlomirnya نحن fill mudhari ma’lum, fiil shahih dalam keadaan sukun karena kemasukan huruf jawazim yaitu lam.
Ø  لنخرج shigatnya fiil mudhari asal katanya dari خرج dari tsulasi mazid warna awal bab satu, wukunya utakalim ma’al ghair, dlomirnya نحن fill mudhari ma’lum, fiil shahih kemasukan lam amar.
Ø  ينفخ shigatnya fiil mudhari asal katanya dari   نفخ dari tsulasi mujarod bab tiga, wukunya mufrod mudzakar ghaib dlomirnya هو fiil majhul, fiilnya shahih.
Ø  تأتون shigatnya fiil mudhari asal katanya dari  اتى dari tsulasi mujarod bab dua, wukunya jama’ mudzakar mukhotob, dlomirnya   انتم fill mudhari ma’lum fiil mu’tal.







                                                                                       














BAB III
KESIMPULAN (الخلاصة)
              Jadi kesimpulan diatas adalah ilmu shorof membahas tentang berbagai bentuk kalimat bahasa arab, didalam ilmu shorof dibahas tentang fiil-fiil diantaranya fiil madhi dan fiil mudhari.
·         Fiil madhi:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara. Seperti قَرَأَ “Telah membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti قَرَأْتُ “Aku telah membaca” dan قَرَاَتْ “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
·         Fiil mudhari:
هو ما دل على حدث فى زمن الحا ل والمستقبا ل                                                                
Fi’il yang menunjukkan pekerjaan pada waktu sekarang dan akan datang
            Dengan kata lain, fi’il mudhari’ adalah kata kerja yang menunjukan pekerjaan yang sedang berlangsung atau akan datang.
Contoh: )   Para mahasiswa belajar bahasa arab             يدرس الطّلّاب اللغة العربيّة  (
                                                                                   









 Daftar Pustaka (المراجع)
H. Ilyas Rifa’i, M.A.
                  Menguasai Ilmu Sharaf, pesantren bahasa (Al Ma’had Al Lughawi), Bandung 02
september 2010.
Yoad.wordpress.com/2009/02/.../dhomir-fiil-madhi-dan-fiil-mudhari
Mudhori/ryper.blogspot.com/.../pelajaran-kesebelas-pembahasan-pembahasan
Mengenai.ht...my.opera.com/.../blog/.../Fi'il%20Madhi%20dan%20Fi'il%20Mudhori